Beijing - Pertemuan tahunan International Air Transport Association (IATA) ke-68 yang digelar di Beijing, China memang berakhir Selasa (12/6/2012) lalu. Namun ada yang menarik, acara perjamuan makan malam yang digelar oleh dua raksasa pabrikan pesawat, Boeing dan Airbus. Aroma persaingan keduanya terasa hingga jamuan makan malam. Hmm...
Makan malam Boeing, mengawali rangkaian agenda pertemuan tahunan IATA ke-68 pada Minggu (10/6/2012) malam. Acara digelar di ballroom China World Hotel, salah satu hotel yang dimiliki grup Shangri-La di Beijing, China.
Pintu menuju ballroom dibuatkan semacam gerbang dalam arsitektur tradisional China. Selasar menuju ballroom juga didekor mirip gerbang tradisional China. Tak lupa Boeing juga memajang model pesawat jumbo barunya, Boeing 787-8 Intercontinental, yang menjadi sasaran foto-foto.
Semua delegasi hadir dan berkumpul di jamuan makan malam itu. Konsep jamuan makan malam Boeing adalah standing party, namun ada sekitar 6 meja yang dilengkapi bangku yang ditempatkan di ujung sisi-sisi ballroom. Sisanya, meja-meja bundar kecil untuk para delegasi saling bertemu dan ngobrol.
Menu-menu dari Barat maupun Timur hadir di pinggir-pinggir ballroom dalam bentuk stall atau gubukan. Sebut saja aneka sushi, aneka mie, bebek peking, shawarma, aneka salad, kambing panggang dan sebagainya. Sementara di tengah-tengah terdapat 2 stall desert beraneka rupa, mulai dari chocolate mousse, beraneka pastry manis dan cake, serta buah-buahan yang diiris panjang dan ditempelkan, sekilas mirip es lolly. Di ujung-ujung ballroom terdapat mini bar yang menyediakan berbagai minuman, wine, bir hingga soft drink, air putih hingga teh dan kopi.
Tamu-tamu bisa menikmati berbagai hidangan itu sampai kenyang, minuman mahal itu juga disajikan tanpa henti selama jamuan, dari pukul 19.00-22.00 waktu setempat. Kesannya, seperti menghadiri resepsi pernikahan yang digelar di hotel atau gedung-gedung pertemuan mewah.
Nah, sebagai saingan dalam pabrikan pesawat, Airbus pun seperti tak mau kalah. Airbus mengadakan acara gala dinner pada keesokan harinya, hari pertama pertemuan tahunan IATA dimulai, pada Senin (11/6/2012).
Sudah tertera dalam jadwal acara jamuan makan malam itu tidak dilaksanakan di hotel, melainkan salah satu landmark di China, yakni The Great Hall of The People, yang berdiri di salah satu sisi barat Tiananmen Square di China, dekat pula dengan Forbidden City atau kota terlarang, yang terletak di utara Tiananmen Square.
Gedung The Great Hall ini adalah gedung yang dibangun September 1959, salah satu dari 'Ten Great Construction' yang diselesaikan dalam rangka HUT ke-10 Republik Rakyat China. Tempat ini biasanya digunakan parlemen China untuk bersidang serta kegiatan seremonial lainnya. Untuk ke sana saja disediakan bus besar untuk para delegasi IATA yang totalnya sekitar 700-800 orang, termasuk para jurnalis dari seluruh dunia. Ada sekitar 20 bus yang disediakan, untuk mengangkut delegasi dari China World Hotel, di kawasan Jianguomenwai Avenue, Beijing ke The Great of The People. Tidak jauh sih, hanya sekitar 2 km dari hotel tempat pertemuan itu.
Semua delegasi sudah bersiap pada pukul 17.00 dan sudah berangkat pada pukul 18.00 waktu setempat. Di dalam, ada pendamping dari IATA yang membagikan undangan, sekaligus menjadi tiket masuk ke venue. Anne, pendamping IATA di bus yang ditumpangi menjelaskan mengenai peraturan di dalam gedung.
"Dilarang membawa benda cair ke dalam ya, parfum dan sebagainya," kata Anne.
Salah satu penumpang menanyakan tentang lipgloss yang dibawanya sambil berkata, "Apakah benda ini boleh? Cuma lipgloss kok," tanya salah satu delegasi itu sambil menunjukkan benda miliknya.
"Silakan kalau mau ambil risiko (diambil). Kalau tidak bisa dititipkan pada saya, besok bisa diambil di meja registrasi," sahut Anne.
Mengunjungi salah satu landmark di Beijing ini menimbulkan kesan tersendiri. Para delegasi langsung berfoto-foto di depan gedung sesampainya di The Great Hall of The People ini. Bangunan ini sangat tinggi dengan pilar-pilar yang menyangganya. Para delegasi masuk melalui metal detector yang lumayan ketat. Disambut karpet merah di hall pertama yang setinggi 10 meter dengan pilar-pilar, kemudian para delegasi menuju tangga ber-mezzanine yang juga digelar karpet merah. Di sini, disediakan minuman ringan hingga wine dan makanan kecil yang bisa diambil sendiri.
Dari mezzanine, tamu-tamu bisa menuju ke kiri dan ke kanan menuju aula utama tempat jamuan makan malam digelar. Tidak ada pajangan model pesawat Airbus seperti yang dilakukan Boeing. Namun yang ada adalah stand kerajinan China.
Ada 4 titik stand kerajinan China yang disediakan. Yakni, 'Flour Doll' yakni stand kerajinan membuat boneka dari tepung, kemudian 'Chinese Knot Knitting' yakni kerajinan merajut ala China. Di sisi seberangnya, terdapat 2 titik lagi kerajinan 'Writing Name' atau kaligrafi China serta stand kerajinan 'Paper Cutting' atau seni membuat pajangan kertas yang berseni.
Jelas saja stand-stand yang menyuguhkan hal yang berbau tradisional China itu membuat para tamu dari seluruh negara banyak yang penasaran dan bahkan 'nyantol' di stand-stand tersebut. Mengamati dengan kagum para perajin membuat karyanya.
Sempat 'nyantol' di stand 'Flour Doll'. Ada berbagai bentuk binatang mini dari burung kakaktua, kera sakti, ular naga, panda dan sebagainya dibentuk dari campuran tepung beras, madu dan gula serta aneka pewarna. Sekilas seperti malam mainan anak-anak itu.
"Butuh waktu 20 menit membuat satu binatang ini," jelas salah satu perajin, yang diterjemahkan oleh penerjemah itu.
Sekilas, keterampilan itu seperti penjual jajanan gulali yang membentuk beraneka macam binatang dan benda, yang ditusukkan pada lidi. Tak tahan sama kelucuannya, beberapa tamu naksir dan meminta salah satunya. Wah penulis mendapatkan flour doll 'kera sakti' yang lucu.
Kemudian, salah satu yang paling banyak dikerubungi adalah stand 'Writing Name'. Banyak tamu minta dituliskan namanya dalam huruf kanji China. Para kaligrafer ini menulis dengan kuas pendek, mencolek cat akrilik beraneka warna dan menyapukannya di kertas berukuran 50 cm x 20 cm. Para penerjemah yang mendampingi pun meminta pengunjung menuliskan namanya, dan mencarinya di kamus nama dalam bahasa China untuk kemudian diorderkan kepada 3 penulis kaligrafi itu.
Hingga tibalah saat jamuan makan tiba pukul 19.00, para tamu delegasi digiring ke aula besar berukuran 30 meter persegi yang langit-langitnya menjulang 10 meter. Sudah tersedia meja bundar sekitar, 80 meja, yang berkapasitas masing-masing 8 orang. Serta satu meja panjang di depan panggung. Meja jamuan panjang ini tempat para CEO di industri penerbangan, termasuk Dirut Garuda Indonesia Emirsyah Satar.
Jamuan makan malam ini disajikan ala carte, persis seperti budaya Prancis -tempat Airbus berasal- yang sangat gastronomis. Yakni diawali dengan appetizer (makanan pembuka), sup, hidangan utama hingga desert (makanan penutup). Di meja, sudah tersaji roti gandum, roti putih dan roti bun serta butter, serta appetizer platter ala China seperti kedelai edamame rebus, tempe, potongan bebek, potongan daging kambing dan potongan ayam. Dan minuman seperti wine merah dan putih serta sumpit, sendok, garpu dan pisau.
Selanjutnya makanan mengalir sesuai dalam urut-urutan kartu menu seperti Consomme of Bolete and Dried Fish Lip, Braised Beef Steak in Brown Sauce, Steamed Prawns with Mashed Garlic, Stir-fried Seasonal Vegetables, Fried and Roasted Salmon hingga desert seperti es hingga buah segar. Total, ada 8-9 menu pada jamuan makan itu. Tak hanya itu, selama jamuan makan, para tamu dihibur 3 tarian tradisional China, yang masing-masingnya berbau seni, kungfu, dan akrobatik.
"Jamuan Airbus itu memang selalu di luar, tidak di hotel. Kalau Boeing selalu di hotel. Airbus itu selalu unik jamuannya, spektakuler," ujar VP Corporate Communication Garuda Indonesia Pujobroto, salah satu delegasi yang sudah mengikuti pertemuan IATA dari tahun ke tahun.
Kesannya memang spektakuler dan mewah, meninggalkan kesan tersendiri. Entah apakah perbedaan ini bisa diartikan sebagai persaingan atau sebagai lobi untuk menarik calon pelanggan, para maskapai penerbangan dunia itu.
Sumber : detik.com