Jakarta- -Hampir seluruh bursa saham di dunia mencatat kinerja buruk pada perdagangan awal Juni. Di Asia, hanya Bursa Shanghai dan Shenzhen yang mampu mencapai hasil positif pada Jumat 1 Juni 2012. Indeks CSI 300 naik 0,96 poin (0,04 persen) menjadi 2.633. Bursa yang lain jeblog. Persentase penurunan tertinggi dicatat Bursa Bangkok. Indeks SET turun 2,3 persen (26,31 poin) menjadi 1.115,19 poin.
Bursa Efek Indonesia ternyata tak mampu mengatasi sentimen negatif di seluruh dunia. Pada akhir perdagangan Jumat, indeks harga saham gabungan (IHSG) turun 0,9 persen menjadi 3.800 poin. Dibandingkan dengan bulan lalu, indeks Bursa Indonesia sudah turun 0,9 persen, dan disandingkan dengan setahun lalu, indeks melemah 0,6 persen. Secara sektoral, perdagangan melemah 1,7 persen, sedangkan consumer goods malah naik 0,3 persen.
Pelemahan Bursa Indonesia terutama dipicu oleh penurunan harga saham-saham unggulan. Harga saham Bank BRI turun 2,7 persen menjadi Rp 5.500 per lembar saham, saham Telkom melemah 2,6 persen (Rp 7.600), dan saham Astra International turun 1,5 persen (Rp 63.350). Sebaliknya, XL Axiata malah menguat 5,1 persen menjadi Rp 6.200, Gudang Garam naik 1,7 persen (Rp 55.000), dan saham BCA meningkat 1,4 persen (Rp 7.100).
Nilai perdagangan hanya Rp 4,2 triliub, turun lumayan besar dibandingkan perdagangan hari sebelumnya yang mencapai Rp 7,9 triliun. Investor asing terus mencatat net sell dan pada perdagangan Jumat tercatat Rp 693 miliar. Perusahaan sekuritas Kim Eng menguasai 13,1 persen perdagangan Jumat senilai Rp 1,1 triliun, diikuti CIMB Securities Indonesia sebesar 8,1 persen (Rp 683 miliar).
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun turun satu basis poin menjadi 6,5 persen. Kurva imbal hasil (yield curve) relatif mendatar. Per 30 Mei 2012, kepemilikan asing di surat utang negara tercatat Rp 224,6 triliun atau 28,8 persen dari total obligasi pemerintah. Dibandingkan sebulan lalu, terjadi outflow Rp 4,3 triliun, tapi jika dibandingkan dengan periode yang sama setahun lalu terjadi inflow Rp 1,8 triliun.
Nilai tukar rupiah relatif datar. Pada pukul 17.00, nilai tukar rupiah tercatat Rp 9.452 per dolar Amerika. Dibandingkan setahun lalu, rupiah sudah melemah empat persen. Pelemahan mata uang terhadap dolar ini juga terjadi di hampir semua mata uang lima negara ASEAN.
Sumber : TEMPO.CO
No comments:
Post a Comment