Surakarta – Sektor usaha konstruksi di Indonesia menyerap 5,7 juta tenaga kerja yang tersebar di 156 ribu kontraktor. Sayangnya, dari 5,7 juta tenaga kerja tersebut hanya 30 persen tenaga kerja yang punya keahlian. “Sisanya, 70 persen adalah tenaga kerja yang tidak punya skill,” kata Ketua Gapensi (Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia) Pusat, Soeharsoyo, saat menutup musyawarah daerah VIII Jawa Tengah di Surakarta, Kamis, 31 Mei 2012.
Katanya, hanya 20 persen tenaga kerja yang berpendidikan Diploma III ke atas. Sedangkan 20 persen lainnya lulusan sekolah menengah atas dan 60 persen sisanya hanya lulusan sekolah dasar atau bahkan tidak bersekolah.
“Ini tanggung jawab semua untuk meningkatkan kemampuan para tenaga kerja sektor konstruksi,” ujarnya. Dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka hasil produksi berupa bangunan fisik yang dibuat dapat lebih berkualitas.
Pihaknya berusaha meningkatkan kualitas tenaga kerja konstruksi dengan cara rutin menggelar pelatihan dan pendidikan. Ketua Gapensi Jawa Tengah Djoko Oryxahadi dalam kesempatan yang sama mengatakan Gapensi memiliki lembaga pendidikan dan pelatihan jasa konstruksi.
“Mereka yang terlibat dalam proyek pembangunan seperti pelaksana, mandor, dan tukang, bisa diikutkan pelatihan,” ucapnya. Pihaknya bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk memberikan pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tenaga kerja konstruksi.
Djoko mengatakan kondisi tenaga kerja di Jawa Tengah tidak jauh beda dengan kondisi nasional secara umum. Dia mengakui memang lebih banyak tenaga kerja konstruksi yang tidak punya keahlian. “Ini yang terus kami benahi karena persaingan saat ini semakin ketat,” katanya.
Tanpa meningkatkan kualitas, dia melanjutkan, industri konstruksi nasional bisa kalah oleh kontraktor asing. Saat ini sudah ada 157 kontraktor asing yang mulai menggarap proyek di Indonesia. “Sedangkan hanya tujuh-delapan kontraktor nasional yang mengerjakan proyek di luar negeri,” dia menjelaskan.
Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Jawa Tengah Maladiyanto meminta tenaga kerja sektor konstruksi terus meningkatkan kualitasnya. Dia menilai, meskipun sudah ada tenaga ahli di tiap proyek seperti konsultan, tetap saja pelaksana lapangan harus benar-benar tahu apa yang dikerjakan.
“Peningkatan kualitas menjadi tanggung jawab bersama, termasuk asosiasi yang harus rajin mengadakan pelatihan dan pendidikan bagi anggotanya,” katanya. Dia berharap peningkatan kualitas tenaga kerja konstruksi akan meningkatkan kualitas proyek yang dikerjakan.
Sumber : TEMPO.CO
No comments:
Post a Comment