Friday, June 1, 2012

3 Produsen Karet Kerja Sama untuk Dongkrak Harga

3 Produsen Karet Kerja Sama untuk Dongkrak Harga
Bangkok - Thailand mengajak Indonesia dan Malaysia bersama-sama mencari cara untuk menstabilkan harga karet yang jatuh.

Pertumbuhan ekonomi di negara maju yang melambat dan kekhawatiran tentang krisis utang Eropa telah memukul permintaan karet dan menyebabkan penurunan harga dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu memicu protes di kalangan petani di Thailand. Mereka menuntut agar pemerintah melakukan intervensi.

"Thailand berharap, kerja sama di antara tiga produsen karet terbesar bisa mengangkat harga," kata Wakil Menteri Pertanian Thailand Nattawut Saikuar seperti dikutip Malaysia Star, Jumat, 1 Juni 2012.

Nattawut mengatakan telah berdiskusi dengan Menteri Perdagangan Indonesia. "Kami sepakat bahwa harga karet telah jatuh pada level yang tidak pantas dan kami harus melakukan sesuatu untuk mencegah kejatuhan harga lebih lanjut," kata dia.

"Saya juga berencana ke Malaysia pada awal Juni mendatang untuk bicara tentang isu ini dengan Menteri Perdagangan Malaysia," ujarnya.

Indonesia adalah produsen karet terbesar kedua di dunia dan Malaysia berada di posisi tiga. Ketiga produsen karet terbesar di dunia ini menguasai 70 persen dari produksi karet alam dunia.

Harga pada bursa berjangka karet di Tokyo turun ke titik terendah selama enam bulan hingga hanya 257,9 yen (US$ 3,28) per kilogram. Harga terendah sejak 24 November karena kekhawatiran baru atas utang Eropa.

Biasanya, tiga produsen karet di Asia Tenggara itu mengurangi pasokan dengan menebang pohon karet untuk mendorong harga. Mereka telah bekerja sama untuk mendukung pasar karet sejak Desember 2008. Saat itu, harga karet jatuh hingga mencapai US$ 1,10 per kilogram saat resesi global memuncak. Pada saat itu, mereka sepakat untuk mengurangi ekspor 915 ribu ton pada 2009 untuk menaikkan harga.

Selama masa kesepakatan, pembatasan ekspor sebenarnya tidak terlalu ketat. Sebab, pasar mulai pulih pada pertengahan 2009 karena permintaan perusahaan ban di Cina dan India.

Nattawut mengatakan pemerintah akan mengambil langkah untuk melakukan skema intervensi dengan membeli karet lebih banyak agar harga karet lembaran diasapi (RSS3) mencapai target 120 baht (US$ 3,76) per kilogram

Harga karet RSS3 pernah mencapai rekor tertinggi sebesar US$ 6,40 per kilogram pada Februari 2011. Harga jatuh hingga US$ 3,56 karena kegelisahan pada krisis utang Eropa.

Pemerintah menyetujui anggaran untuk intervensi pasar untuk mendukung harga pada Januari lalu. Namun, dampaknya masih sangat terbatas.

Sumber : TEMPO.CO

No comments:

Post a Comment