Terung merupakan salah satu jenis sayuran yang sudah dikenal luas masyarakat Indonesia. Beberapa jenis terung yang sudah sangat populer adalah terung ungu dan terung hijau. Kedua jenis terung itu sering dikonsumsi, baik dalam keadaan sudah dimasak maupun mentah.
Namun, bagaimana dengan terung putih? Bagi sebagian besar orang, terung jenis ini mungkin masih terdengar asing. Terung putih belum begitu populer karena baru diperkenalkan lima tahun terakhir.
Alhasil, budidaya ataupun pemasarannya juga belum sebanyak terung jenis lainnya. Terung putih ini merupakan varietas terung hibrida. Nama lainnya dikenal sebagai terung kania. Bentuk fisik terung ini sebenarnya tidak berbeda jauh dari terung ungu.
“Tapi rasanya lebih manis, makanya di sini ada yang menjual produk olahan manisan terung kania,” ujar Abbas, petani terung putih di Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Selama ini, budidaya terung putih memang berkembang pesat di kawasan Kalimantan. Selain di dalam negeri, terung putih produksi petani Pulau Borneo itu juga merambah pasar Malaysia.
Mereka tertarik membudidayakan terung ini karena memiliki sejumlah keunggulan dibanding terung lain. Di antaranya tingkat produktivitas tanaman yang relatif tinggi serta tekstur buah yang renyah dan empuk.
Abbas membudidayakan terung putih di lahan seluas setengah hektar. Di atas lahan itu, ia mengaku dapat menanam terung putih sebanyak 10.000 hingga 12.000 batang. Tanaman terung ini sudah bisa dipanen dalam waktu enam bulan.
Setiap batang dapat menghasilkan 2 kilogram (kg) hingga 2,5 kilogram terung putih. Katakanlah di atas lahan setengah hektar itu, ia menanam 10.000 batang, maka sekali panen, ia bisa mendapat sekitar 20 ton terung putih.
Di Kalimantan, harga pasaran terung itu Rp 6.000 per kg. Saat pasokan sedang sulit, harganya bisa tembus Rp 10.000 per kg. Sementara itu, harga terung biasa hanya berkisar Rp 4.000 per kg. Dengan harga tersebut, ia dapat meraup omzet sekitar Rp 120 juta sekali panen. "Laba bersihnya sekitar 30 persen," kata Abbas.
Menanam terung putih juga ditekuni Rusmindi, petani asal Pontianak, Kalimantan Barat. Ia telah membudidayakan terung putih sejak satu setengah tahun terakhir di lahan seluas setengah hektar. "Saya tertarik membudidayakan tanaman ini karena potensi pasarnya saat ini cukup bagus. Terung ini sedang menjadi tren di masyarakat," ungkapnya.
Ia menjual terung putih antara Rp 5.500 dan Rp 6.000 per kg. Ia mengaku bisa meraup omzet Rp 135 juta sekali panen. "Laba bersih saya 25 persen dari omzet," ujarnya.
Budidaya terung putih tidak terlalu sulit. Asal memerhatikan kondisi tanah, cuaca, dan pemupukan, tanaman ini bisa menghasilkan buah yang maksimal. Terung putih sudah bisa dipanen pada usia 65 hari. Lantaran harus mendapatkan sinar matahari yang cukup, hindari budidaya di musim hujan.
Budidaya terung putih tidak jauh berbeda dengan budidaya terung jenis lainnya. Terung putih dapat tumbuh di lahan dengan ketinggian hingga 1.200 meter di atas permukaan laut (dpl). Terung ini cocok dibudidayakan di tanah lempung berpasir, subur, kaya bahan organik, dan memiliki sistem pengairan yang bagus.
Abbas mengatakan, derajat keasaman (pH) tanah harus diperhatikan. Umumnya pH yang dibutuhkan antara 6-7. “Di Kalimantan, pH tanahnya masih di bawah 4, jadi perlu pengapuran dalam persiapan lahannya,” ungkapnya.
Sebaiknya, penanaman awal dilakukan saat hendak memasuki musim panas. Alasannya, pengendalian airnya relatif lebih mudah. Pengolahan tanah meliputi pembersihan rumput liar di sekitar kebun, dan pembajakan sedalam 30 sentimeter (cm) untuk membuat gundukan tanah atau bedengan sesuai lahan yang ada. Lebar bedengan sekitar 100 cm dengan jarak antar-bedengan 40-60 cm.
Abbas menyarankan agar menyebarkan pupuk secukupnya di lahan tersebut. Pemupukan selanjutnya bisa dilakukan setiap 10 hari hingga tanaman mencapai usia 45 hari. Sebaiknya, petani menggunakan fungisida sebagai anti-jamur. Bila perawatan dilakukan secara telaten, pada usia 65 hari, terung putih sudah mulai berbuah dan bisa dipanen. “Tapi buahnya itu tidak matang sekaligus. Setidaknya panennya itu setiap empat hari sekali. Jadi ada 32 kali pemetikan,” tandasnya.
Dalam setahun, tanaman ini bisa dua kali panen dengan rata-rata produksi per batang mencapai 2 kg hingga 2,5 kg. Dari pengalaman Abbas, di atas lahan setengah hingga satu hektar bisa ditanam 10.000 hingga 12.000 batang tanaman terung putih. Namun, setelah panen selesai dan kembali ingin membudidayakan terung putih, sebaiknya menggunakan lahan lain. Ini untuk menghindari serangan hama yang mungkin sudah lebih bisa beradaptasi.
Sementara itu, Rusmindi menambahkan, terung putih bisa tumbuh subur di suhu udara antara 22 derajat celsius dan 30 derajat celsius. Selain itu, tanaman ini harus mendapatkan sinar matahari yang cukup. Makanya, kata dia, budidaya terung putih sulit dilakukan di musim hujan.
Sebab, selain hama jamur sulit kendalikan, sistem pengairan juga harus diperhatikan agar tidak ada genangan air di atas lahan. Jika sudah terkena hama, maka daun tanaman ini akan mengerut dan kering. Hama bisa diberantas dengan menggunakan Basudin 40 WP dan Bayrusi 125 EC.
Sumber : KOMPAS.com
No comments:
Post a Comment