Jakarta - Bank Indonesia (BI) mewaspadai kondisi ekonomi India dan China. Pasalnya, kondisi ekonomi di kedua negara itu akan berpengaruh pada ekspor domestik dan berpotensi menekan nilai tukar rupiah.
Deputi Gubernur BI Hartadi A. Sarwono menilai kondisi nilai tukar rupiah yang masih bergejolak saat ini dipicu oleh adanya realokasi investasi.
"Namun kita harus berhati-hati dampak lebih lanjut dari Eropa nanti kepada regional negara besar seperti China dan India," saat ditemui di Kantor Kemenkeu, Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Kamis (7/6/2012).
Hartadi menyatakan pertumbuhan ekspor domestik yang melandai saat ini disebabkan adanya penurunan permintaan dari China dan India.
"Kalau melihat China dari analisa kami, sementara ini akan soft landing tidak akan sampai pada hard landing. Artinya kalau akan ada penurunan tidak akan drastis sehingga demand (permintaan) dari China tidak akan terlalu besar," paparnya.
"Yang saya perlu monitor agak dekat adalah India karena persoalannya lebih berat dari pada China," tambahnya.
Di sisi lain, Hartadi menyatakan BI akan terus menyuntik likuiditas untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
"Itu kita terus lakukan sepanjang terjadi likuiditas yang masif terbatas, kita mengharapkan suplai likuiditas tidak hanya oleh BI, tetapi juga oleh pemilik dolar khususnya ekspor," pungkasnya.
Sumber : detik.com
No comments:
Post a Comment